This awesome blogger theme comes under a Creative Commons license. They are free of charge to use as a theme for your blog and you can make changes to the templates to suit your needs.
RSS

Resensi Film Alangkah Lucunya (Negeri Ini)



ALANGKAH LUCUNYA (NEGERI INI)
Pada tahun 2010. Rakyat Indonesia disuguhkan oleh film yang sangat berkualitas dan mampu mengkritik masalah social di Indonesia. seperti masalah kemiskinan, kesenjangan social, delinkuensi, mutu pendidikan, pengangguran, tingginya kriminalitas, dan rumitnya birokrasi yang ada pada DPR serta penegak hokum Negara kita yang di penuhi dengan korupsi,kolusi,dan nepotisme.
Yang pertama akan saya bahas adalah adanya kesenjangan social, Latar dalam film ini sangat jelas memperlihatkan adanya daerah kumuh di tengah kota Jakarta yang merupakan kota metropolitan, para pejabat Negara tidak memperhatikan kaum-kaum marginal yang ada di sekitar mereka. Padahal jelas di sebutkan pada pasal 34 ayat (1) UUD “Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara.” Namun pada kenyataannya hal tersebut tidak sesuai dengan pasal yang telah disebutkan. Pemerintah memang sudah melakukan upaya untuk mensejahterakan para gelandangan dan pengemis dengan adanya pembinaan dan memberikan tempat tinggal seperti panti asuhan dan panti jompo serta panti rehabilitas untuk para PSK, namun disini yang jadi pertanyaannya adalah mengapa para gelandangan dan pengemis serta PSK selalu lari dari kejaran para satuan polisi pamong praja, apakah salah dari satuan tersebut yang selalu sewenang-wenang dalam melaksanakan tugasnya atau kurangnya fasilitas yang di berikan pemerintah untuk menunjang kegiatan untuk mensejahterakan kaum marginal tersebut? Masalah lainnya adalah tidak berfungsinya dewan perwakilan rakyat dan penegak hokum. Sifat mereka sama sekali tidak mewakili rakyat, mereka cenderung mementingkan diri sendiri, kebijakan-kebijakannya pun sangat tidak berpihak pada rakyat kecil.
Selain masalah fakir miskin dan anak terlantar, Negara kita mempunyai pekerjaan rumah yang sangat berat, yaitu pengangguran. Di Indonesia banyak sekali pengangguran baik pengangguran terdidik maupun pengangguran tidak terdidik. Hal ini salah satunya di sebabkan oleh minimnya lapangan pekerjaan di Negara kita dan membludagnya pencari pekerjaan. Seperti yang di alami bang muluk dan bang samsul dalam film tersebut, mereka mempunyai gelar sarjana, namun tidak kunjung mendapatkan pekerjaan. Hal tersebut membuktikan bahwasanya pendidikan tinggi tidak menjamin kesuksesan seseorang dalam memperoleh pekerjaan. Selain karena ketidak seimbangan jumlah pencari kerja dan lapangan pekerjaan, factor lain yang mempengaruhi pengangguran adalah KKN. Seperti contohnya para calon PNS yang tidak mempunyai koneksi serta tidak melakukan kolusi terhadap pihak terkait, maka kesempatan untuk lulus akan sangat kecil. Dengan demikian para pencari kerja di Negara kita dilema bagaimana cara untuk bertahan hidup dan mempunyai penghasilan yang cukup. akibatnya mereka tidak bisa menyekolahkan anak-anak mereka ke jenjang yang lebih tinggi karena penghasilan mereka sangat minim, sehingga mereka mengeksploitasi anak mereka untuk menjadi pencopet ataupun pengemis. Di Negara kita ini sangat membingungkan dan serba salah, semuanya di persulit. seperti yang di alami komet dan kawan-kawan, disisi lain dia ingin berhenti mencopet dan melakukan pekerjaan yang halal seperti mengasong, namun setelah mereka berganti profesi sebagai pengasong, mereka masih tetap mendapatkan masalah, antara lain berurusan denga satpol PP. sehingga hal tersebut memberikan dampak kepada mereka untuk cenderung mencari pekerjaan yang cepat menghasilkan uang entah itu di hasilkan dari cara halal atau haram, toh sebagai asongan maupun pencopet tetap saja berhubungan dengan penegak hokum.
Dalam film tersebut selain mengkritisi masalah social juga mengkritisi nilai-nilai social yang ada pada masyarakat. Seperti nilai yang di tanamkan oleh orang tua terhadap anaknya, misalnya dia akan di anggap berhasil jika mempunyai jabatan tinggi dalam perusahaan. Seperti yang di alami oleh bang Muluk, bang Samsul dan Pipit yang dianggap mempunyai pekerjaan yang tidak baik(pekerjaan haram). Tentu hal ini tidak bisa di lihat dari satu perspektif. Jika kita mengikuti nilai yang ada dalam masyarakat tentu pekerjaan mereka tidak ada artinya, namun jika di lihat dari perspektif yang lain, mereka melakukan pekerjaan yang sangat mulia, yakni mengentas anak jalanan yang berprofesi sebagai pencopet dari kebodohan dan pekerjaan yang haram menjadi jiwa yang patriotism, pantang menyerah, religious, dan tentunya berganti profesi dari yang haram ke yang halal. Hal ini kurang diperhatikan kita semua, Kita kadang mengambil standar yang salah dalam menilai sesuatu, jika kita ingin melihat sesuatu maka lihatlah dari perspektif yang berbeda dan berfikir lebih luas lagi.
Yang terakhir adalah  mengenai kesalah pahaman mengenai maksud dan tujuan pendidikan. Jika di perhatikan dalam dialog “orang berpendidikan tidak akan mencopet, orang berpendidikan akan mencuri dari brankas, dari bank dan lain sebagainya. “Copet itu paling top masa depannya di penjara tau! Tua, tidor, mampus dan tetep miskin!” ,“Kalau koruptor, korupsi, duitnya tetep banyak, keluar dari penjara duitnya juga tetep banyak! Kenapa? Karena mereka sekolah! Kaliankan tidak sekolah, kalian Cuma copet! Lu gak punya harapan!” dalam dialog tersebut ada sebagian orang yang menganggap bahwa pendidikan hanyalah ajang untuk mendapatkan pekerjaan dengan jabatan tinggi,kemudian setelah itu melakukan korupsi, hanya sebatas itu. karena tidak bisa di pungkiri bahwa sebagian besar yang merusak Negara ini adalah mereka yang berpendidikan tinggi.

0 komentar:

Posting Komentar